Markus 6:1-3, "Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, .... Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia ... Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia."
Markus 6:5-6, "Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka."
Bagi penduduk di tempat asalnya, Yesus hanyalah orang kecil yang suara-Nya (pengajaran-Nya) tidak laku di sana. Sekalipun suara-Nya (pengajaran-Nya) membuat mereka takjub, namun karena ingat Yesus hanyalah seorang tukang kayu miskin, suara Yesus menjadi suara kecil di telinga mereka.
Apa yang dialami oleh Yesus di tempat asalnya, serupa dengan ayat berikut ini:
Pengkotbah 9:16, Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang."
Yesus datang ke kota asalnya dengan membawa pesan dari surga, pesan dari Bapa. Suara kecil yang membawa sesuatu yang besar dari surga. Suara kecil yang penting itu hanya numpang lewat begitu saja tanpa ada yang mau menerima dan mempercayainya. Penduduk kota tempat asal Yesus pura-pura tuli terhadap suara Yesus karena identitas jasmani Yesus. Penduduk kota kehilangan pesan dan mujizat surgawi. Itulah sebabnya Yesus berkata:
Markus 6:4, ..."Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Sayangnya gejala serupa juga terjadi di antara umat Tuhan di hari-hari ini. Kita cenderung hanya mau mendengar suara (kotbah/pengajaran) hamba Tuhan besar nan terkenal ketimbang hamba Tuhan kecil nan tak terkenal. Bila kita tahu seorang hamba Tuhan terkenal berkotbah di suatu tempat, kita akan sangat berusaha untuk menghadiri tempat itu demi mendengar 'suara besar' sang hamba Tuhan terkenal tersebut. Tapi bila seorang hamba Tuhan kecil yang berkotbah kita akan mudah mengabaikannya.
Suara hamba Tuhan terkenal, suara orang kaya, suara orang bertitel, seringkali menjadi suara besar di telinga umat Tuhan, suara yang mau kita dengar. Kita hanya melihat siapa yang bersuara, bukan apa yang disampaikan. Padahal di hari-hari ini, di tengah goncangan yang besar, Tuhan justru memakai orang-orang sederhana, hamba-hamba Tuhan kecil untuk menyuarakan pesan surgawi di tengah-tengah kita, namun sayangnya, suara mereka tidak banyak yang mau mendengarkan. Mari kita cermati ayat berikut:
1 Korintus 1:27-29, "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah."
Di masa ini, di kala situasi & keadaan makin sulit, seharusnya pantang bagi kita untuk mengabaikan suara-suara kecil dari Tuhan. Orang-orang kecil yang membawa suara, mujizat dan terobosan dari Tuhan telah berada disekitar kita. Bila kita mengabaikan mereka maka kita akan kehilangan berkat besar. Perhatikan hal besar yang mereka bawa, terima dan dengarkan mereka.
Ada sebuah kenyataan, dari sejak masa Perjanjian Lama hingga kini Tuhan masih memakai orang-orang kecil (yang bodoh, yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia) untuk menyatakan kemuliaan-Nya di tengah umat-Nya, karena Tuhan tidak pernah berubah.
1 Korintus 1:25, "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia."
Loading...