Kota Samaria adalah salah satu kota paling bersejarah yang disebut berulang kali dalam Alkitab. Kota ini bukan hanya pusat pemerintahan Kerajaan Israel Utara, tetapi juga menjadi simbol konflik rohani, kejatuhan bangsa, hingga tempat Yesus menunjukkan kasih-Nya melampaui batas etnis. Melalui perjalanan panjangnya, Kota Samaria menyimpan pelajaran penting tentang ketaatan, kasih, dan rencana keselamatan Allah.
ASAL-USUL KOTA SAMARIA
Pendirian Kota Samaria dicatat dalam 1 Raja-Raja 16:24. Raja Omri membeli sebuah bukit dari seorang bernama Semer seharga dua talenta perak. Di atas bukit itu ia membangun sebuah kota dan menamainya Samaria, sesuai dengan nama pemilik tanah tersebut. Sejak saat itu,Samaria ditetapkan sebagai ibu kota Kerajaan Israel Utara, menggantikan Tirza.
Letaknya yang strategis di atas bukit membuat Samaria menjadi kota yang kuat secara militer dan ideal sebagai pusat pemerintahan. Namun, kejayaan ini diwarnai dengan masalah serius: penyembahan berhala yang berkembang pesat di bawah pemerintahan raja-raja Israel, khususnya Ahab dan Izebel.
SAMARIA SEBAGAI IBU KOTA ISRAEL UTARA
Sebagai pusat pemerintahan, Kota Samaria menjadi simbol kekuatan politik Israel Utara. Di kota inilah berbagai kebijakan raja dijalankan, termasuk persekutuan dengan bangsa-bangsa asing. Namun, kemakmuran politik dan militer tidak diiringi dengan kesetiaan kepada Allah.
Nabi-nabi seperti Elia, Hosea, dan Amos berulang kali mengecam Samaria karena praktik penyembahan Baal, ketidakadilan sosial, dan penyalahgunaan kekuasaan. Kota ini akhirnya identik dengan pemberontakan rohani bangsa Israel terhadap Allah.
KEJATUHAN KOTA SAMARIA
Puncak dari ketidaksetiaan bangsa Israel adalah ketika Asyur menaklukkan Kota Samaria pada tahun 722 SM (2 Raja-Raja 17). Penaklukan ini menandai berakhirnya Kerajaan Israel Utara. Banyak penduduk diangkut ke pembuangan, sementara bangsa-bangsa asing ditempatkan di wilayah itu.
Dari percampuran inilah lahir komunitas yang kemudian dikenal sebagai orang Samaria (Israelite Samaritan). Mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang Yahudi, meski sama-sama mengakui Taurat. Perbedaan inilah yang kemudian melahirkan permusuhan panjang antara Yahudi dan Samaria.
SAMARIA DALAM PERJANJIAN BARU
Meskipun permusuhan dengan orang Yahudi begitu kuat, Yesus menunjukkan teladan luar biasa dengan melintasi batas itu. Beberapa kisah penting tentang Samaria dalam Perjanjian Baru antara lain:
- Perempuan Samaria di sumur Yakub (Yohanes 4): Yesus menawarkan “air hidup” kepada seorang perempuan Samaria, menunjukkan bahwa keselamatan terbuka bagi semua bangsa
- Perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati (Lukas 10:25–37): Yesus menjadikan tokoh Samaria sebagai teladan kasih yang sejati
- Sepuluh orang kusta (Lukas 17:11–19): Hanya seorang Samaria yang kembali mengucap syukur setelah disembuhkan.
Kisah-kisah ini menegaskan bahwa dalam pandangan Allah, Samaria bukan lagi simbol perpecahan, tetapi bagian dari rencana keselamatan universal.
SAMARIA DAN PERTUMBUHAN GEREJA
Setelah kebangkitan Yesus, Injil juga menjangkau Samaria. Dalam Kisah Para Rasul 1:8, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menjadi saksi di Yerusalem, Yudea, Samaria, hingga ke ujung bumi. Hal ini digenapi ketika Filipus memberitakan Injil di Samaria (Kisah Para Rasul 8:4–25), dan banyak orang Samaria percaya kepada Kristus.
Dengan demikian, Samaria menjadi bukti bahwa Injil bukan hanya untuk satu bangsa, tetapi untuk seluruh umat manusia.
PESAN ROHANI DARI KOTA SAMARIA
Sejarah Kota Samaria memberikan pesan penting bagi kehidupan iman Kristen:
- Ketaatan lebih penting dari kejayaan politik atau ekonomi. Kekayaan dan kekuatan Samaria tidak menyelamatkan kota itu dari kehancuran
- Allah membuka keselamatan bagi semua orang. Melalui pelayanan Yesus, Samaria menjadi simbol kasih yang melampaui batas suku, bangsa, dan sejarah
- Kasih sejati menembus perbedaan. Kisah orang Samariaia yang murah hati mengingatkan kita untuk mengasihi tanpa memandang latar belakang.
Kota Samaria dalam Alkitab adalah kota yang penuh warna: dari ibu kota kerajaan yang jaya, simbol penyembahan berhala, hingga menjadi tempat Yesus menyatakan kasih yang universal. Bagi orang percaya, Samaria bukan hanya kisah sejarah, tetapi juga pengingat bahwa Allah sanggup memulihkan apa yang runtuh dan membawa keselamatan bahkan bagi mereka yang dianggap musuh.
0 Comments