Ticker

10/recent/ticker-posts
Tabloid rohani online hikmat profetik akhir zaman

KEMISKINAN YESUS DI BUMI ADALAH DEMI MENANGGUNG KEMISKINAN KITA

KEMISKINAN YESUS DI BUMI

Keadaan ekonomi di seluruh dunia kian hari kian memburuk. Nampaknya kita masih akan melihat kota-kota dan negara-negara di dunia berjatuhan (bangkrut), percaya atau tidak, kehancuran ekonomi dunia sudah diambang pintu. Itu sebabnya memahami kebenaran tentang kemiskinan Yesus selama hidup-Nya di bumi menjadi sangat penting bagi kita yang percaya padaNya.


Fakta yang harus diakui, belakangan ini banyak orang makin berusaha keras mencari uang lebih banyak demi mencukupkan kebutuhan hidup. Bagaimana tidak, dengan naiknya harga kebutuhan pokok, uang yang banyak pun hanya bisa membeli kebutuhan dalam jumlah yang sedikit.

Ironisnya, tanpa sadar, banyak orang Kristen pun ikut terjebak dalam ‘perlombaan’ yang sama—berlari tanpa henti demi mencukupkan kebutuhan sehari-hari. Lalu timbul pertanyaan penting: Haruskah mereka yang percaya kepada nama Yesus ikut berada dalam perlombaan ini juga?

Yang perlu kita kenali di hari-hari ini adalah anugerah kemiskinan Yesus. Tahukah Anda, bahwa Yesus telah rela menjadi miskin seumur hidupnya di muka bumi demi kita? Ya, miskin secara jasmani selama kurang lebih 33,5 tahun hidup dan pelayanan-Nya.

ANUGERAH KEMISKINAN YESUS

2 Korintus 8:9, "Karena kamu telah mengenal kasih karunia (anugerah) Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya."



Ada yang beranggapan, kemiskinan Yesus yang disebut dalam 2 Korintus 8:9 adalah miskin secara rohani. Bila benar demikian, bagaimana mungkin Yesus bisa membagikan berkat rohani kepada banyak orang?!

Lukas 2:22-24, Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia (Yesus) ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Berdasarkan ketetapan tentang jenis persembahan korban yang tercantum dalam kitab Imamat 12:28, maka persembahan korban yang dipersembahkan Yusuf untuk pentahiran bayi Yesus di bait Allah, tergolong ketetapan bagi yang tidak mampu. Dari sini kita tahu bahwa Yusuf adalah seorang tukang kayu miskin. Yesus lahir dalam keluarga yang miskin.

Imamat 12:8, "Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai korban bakaran dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah ia."

Kemiskinan Yesus selama 33,5 tahun hidupnya bukanlah tanpa tujuan. Yesus rela menjadi miskin untuk menanggung kemiskinan kita. Sehingga pintu menuju hidup yang berkelimpahan pun terbuka bagi kita. Kata "menjadi kaya" dalam 2 Korintus 8:9 berdasarkan bahasa aslinya "plouteō" (Yunani) memiliki beberapa arti:
  • Menjadi berkelimpahan
  • Menjadi kaya
  • Bertambah kaya

Dengan kata lain, untuk memiliki hidup berkelimpahan secara jasmani, kita tidak perlu lagi bekerja keras, karena Yesus telah 'membayarnya' bagi kita. Kehidupan yang berkelimpahan secara jasmani adalah ANUGERAH KRISTUS. ...
Nampaknya, sudah waktunya kita berhenti bekerja keras untuk mencukupkan kebutuhan hidup, termasuk di era kehancuran ekonomi sekarang ini. Hiduplah di dalam anugerah Allah, 'kemiskinan Yesus'.

BEKERJA ATAU BEKERJA KERAS?

2 Tesalonika 3:10, "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."



Banyak pihak menggunakan ayat diatas untuk membenarkan bersusah payah atau bekerja keras demi memenuhkan kebutuhan hidup. Kita harus membedakan antara bekerja & bekerja keras. Lagi pula, ayat 2 Tesalonika 3:10 ditujukan Paulus pada orang-orang yang tidak mau bekerja (pemalas) namun sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Simak perkataan Paulus berikut ini:

2 Tesalonika 3:11-12, "Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri."

Hidup dalam anugerah kemiskinan Yesus bukan berarti hidup bermalas-malasan. Kerjakan apa yang telah Tuhan serahkan ke dalam tangan Anda untuk dikerjakan, bekerjalah dalam kesetiaan, kebenaran dan ketekunan. Namun bila penghasilan Anda belum memenuhi kebutuhan hidup, janganlah 'ngotot' bekerja 'overtime'. Karena Tuhan yang akan menambahkan kekurangan tersebut kepada Anda.

Matius 6:33, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

(Ada sebuah kenyataan di bawah matahari, mereka yang bekerja keras untuk memenuhkan kebutuhan hidup, tidak lagi mampu untuk mencari kerajaan Allah dan kebenarannya dalam porsi yang seharusnya. Mereka keletihan, karena waktu juga tenaga mereka telah terkuras untuk memenuhkan kebutuhan hidup.)

Mengenal dan hidup di bawah anugerah kemiskinan Yesus adalah sesuatu yang penting di hari-hari ini. Karena kita tidak perlu lagi bersusah payah untuk mencukupkan kebutuhan hidup. Yesus telah menjadi miskin demi kita, Ia menanggung kemiskinan kita, dan itu membuka pintu menuju hidup yang berkelimpahan.

Ia telah melakukan bagian-Nya, bagian kita adalah percaya bahwa di dalam anugerah-Nya kita telah hidup berkelimpahan secara jasmani. Pertanyaannya: Maukah kita percaya?

Post a Comment

0 Comments